Senjata Biologis?
Wabah ulat bulu yang meluas di kawasan timur Pulau Jawa dan kini sudah menyeberang ke Pulau Bali dan Lombok diduga sengaja disebar sebagai senjata biologis. Tanpa ada gejala alam sebelumnya, nyaris seluruh pelosok di puluhan kecamatan tertutup kawanan ulat bulu. Pohon-pohon mangga yang sudah siap panen pun habis digerogoti. Sebenarnya wabah yang merusak tanaman di Indonesia, bukan baru kali ini terjadi. Jose Rizal Jurnalis, Ketua Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), mengungkapkan bahwa pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia juga pernah mengalami serangan biologis.
“Zaman Pak Harto, pernah ada padi antihama wereng, ternyata memang ada dan wereng itu bisa merusak padi,” ujarnya.“Kemudian saya pernah dengar juga di Kuba pernah ditangkap Pemerintah Kuba, sebuah pesawat asing yang mencoba menebarkan sesuatu,” kata dia.
Lalu siapakah pihak Asing yang sengaja menebar hama di beberapa negara itu?“Kalau saya feeling saya, itu memang disengaja, tapi saya kan bukan intelijen, jadi saya tidak tahu siapa yang melakukan,” imbuhnya.
Menurut Wikipedia, serangan organisme secara tak wajar memang masuk dalam salah stau jenis senjata biologi. Senjata ini menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh.
Sejarah penggunaan senjata biologi dimulai pada tahun 400 SM. Peristiwa penting dalam sejarah kuno penggunaan senjata biologi terjadi ketika bangsa Mongol mengusir bangsa Genoa dari kota Kaffa di Laut Mati dengan memanfaatkan mayat-mayat manusia yang terinfeksi wabah pes. Ketika bangsa Genoa menyingkir hingga ke Venice, mereka tetap diikuti oleh kutu dan tikus yang terinfeksi pes sehingga akhirnya menimbulkan "kematian hitam" (black death) di wilayah Eropa.
Pada Perang Dunia I, Jerman menggunakan dua bakteri patogen, yaitu Burkholderia mallei penyebab Glanders dan Bacillus anthracis penyebab Antrax untuk menginfeksi ternak dan kuda tentara Sekutu.
Sebelumnya, kekhawatiran Indonesia diserang senjata biologis juga diungkapkan manta Menteri Kesehatan SIti Fadilah. Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1).
Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia